Reporter : Fella Sumendap, Asep Syaifullah
Juru kamera : Ahmad Susanto
Penyunting gambar : Yogya Harmoko
Lokasi : Karawang, Jawa Barat
Tayang : Kamis, 28 Februari 2008 Pukul 12.30 WIB

Ini merupakan hamparan tambak udang windu. Lokasinya terletak di Pantai Samudera Baru, Desa Sungai Buntu, Kecamatan Pedes, Karawang, Jawa Barat. Kini tidak banyak lagi tambak udang windu yang bertahan, karena udang windu sangat rentan terhadap serangan penyakit. Di tempat ini, budidaya udang windu dilakukan dengan teknologi tepat guna, dengan menggunakan metode bioteknologi.
Untuk mencapai lokasi tambak udang windu dari Jakarta dapat melalui jalan tol Jakarta – Cikampek. Keluar di pintu tol Karawang Barat, selanjutnya perjalanan diteruskan ke arah Rengas Dengklok. Lokasi tambak ini terletak di Pantai Samudera Baru. tepat di pinggir laut Jawa. Tambak udang windu ini dikelola oleh Endy Muhtarudin, salah satu petambak udang windu di lokasi ini yang masih bertahan.
Di lahan seluas dua ribu meter persegi ini, Endy menebar sekitar 60 ribu ekor bibit udang windu. Kini tidak banyak petambak yang berani membudidayakan udang windu karena takut merugi akibat udang windu yang dipelihara mati karena Serangan virus.
Tambak udan windu ini menggunakan sistem water close, yaitu air yang dibuang hanya sedikit. Buangan air di tampung dalam tandon. Selanjutnya air akan kemBali mengisi tambak. Untuk menjaga agar penyakit tidak ikut masuk, air yang dialirkan ke tambak melalui saringan plankton.
Ketinggian air dijaga antara 60 hingga 80 centimeter. Kincir angin dipasang di tambak sebagai sarana untuk menetralisir ph air. Selain itu, pemberian pakannya juga harus dijaga. Kunci sukses budidaya udang windu dimulai dari persiapan awal. Tanahnya harus lempung berpasir. Untuk meningkatkan kualitas air, dilakukan aplikasi probiotik dan pemupukan. Tujuannya untuk meningkatkan nutrien yang dibutuhkan plankton.
Pengendalian hama dilakukan dengan metode bioteknologi. Kegagalan budidaya udang windu kebanyakan karena tidak dapat mengendalikan perkembangan plankton di tambak. Untuk mengatasinya, digunakan bakteri sebagai pengurai untuk menyeimbangkan pertumbuhan plankton.
Setelah berusia 100 hingga 120 hari, udang windu dapat dipanen. Untuk satu tambak dapat menghasilkan udang sebanyak 2 ton. Udang yang sehat dapat dilihat dari penampilan fisiknya yang sempurna, mulai dari kepala hingga ekor.
Udang yang ditangkap kemudian dikumpulkan di kotak plastik. Dari sebelas tambak disini dapat dihasilkan sekitar 20 ton udang segar. Setelah dikumpulkan, udang windu kemudian dibawa ke tempat pembersihan dengan menggunakan sepeda motor.
Sebelum dibersihkan udang windu direndam di dalam air dingin agar kesegarannya terjaga. Setelah direndam, barulah udang dibersihkan. Selanjutnya udang disortir berdasarkan ukuran.
Di tempat inilah udang windu disortir. Hanya udang yang sehat dan ukurannya memenuhi syarat saja yang dipilih untuk dikirim ke pasaran. Pembeli utamanya dari Jepang. Harganya dikategorikan berdasarkan ukuran. Mulai dari ukuran 30 seharga 58 ribu rupiah per kg, hingga ukuran 10 seharga 120 ribu rupiah per kg.
Sayapun ikut menyortir udang yang akan dikirim ke pasaran ini. Melihat udang yang segar semacam ini membuat saya ingin merasakan kelezatan dagingnya.
Ternyata setelah dimasak, udang windu ini semakin menggugah selera. Lihat saja penampilan udang windu yang telah dimasak istri pak endy ini. Rasa udang windu memang lezat. Tidak salah bila udang ini sangat digemari masyarakat di Jepang. (Helmi Azahari/Ijs)
dari : indosiar.com